Manusia sebagai Makhluk Sosial dalam konsep Islam (Materi 6)
Nama : Afifah
Jurusan :D3 Desain Komunikasi Visual/2016
Nim : 1602071008
Manusia sebagai makhluk social menurut konsep dasar Islam
Manusia dalam kehidupannya
tidaklah bergantung pada diri sendiri. Setiap tindakan yang akan dilakukan
seorang manusia pasti berhubungan dan membutuhkan orang lain. Manusia selain
disebut sebagai makhluk individu, juga disebut sebagai makhluk sosial.
Manusia dengan kodratnya sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup seorang
diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya.
Adapun tafsir Al-Qur’an mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial tertera dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71:
1. Ayat Al-Qur’an
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ
عَزِيزٌ حَكِيمٌ-٧١-
Artinya:
Dan orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin
perempuan, sebagian mereka menjadi para penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah yang munkar, dan melaksanakan shalat
secara berkesinambungan, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan dirahmati Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Perkasa,
lagi Maha Bijaksana {71}.[1]
2. Penjelasan Kata
a. (وَالْمُؤْمِنُونَ) Wal Mukminuuna: Yang
benar dalam keimanan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya dan beriman pada adanya
ancaman serta janji Allah.
b. (أَوْلِيَاء
بَعْضٍ)Auliyaa’u Ba’dh:
Saling memberikan pertolongan, melindungi, mencintai dan memberikan dukungan.
c. (وَيُقِيمُونَ
الصَّلاَةَ) Wa
Yuqiimuuna ash-Shalaata: Menunaikan shalat
dengan khusyu serta memenuhi syarat, rukun, sunah dan adab-adabnya.
d. (وَيُؤْتُونَ
الزَّكَاةَ) Wa
Yu’tuuna az-Zakaata: Mengeluarkan zakat
harta benda mereka yang tidak bergerak, seperti emas, dirham dan mata uang yang
lain atau dari harta yang bergerak berupa binatang ternak, seperti onta, sapi
dan kambing.[2]
3. Tafsir Ayat
Kaum Mukminin dan Mukminat, sebagian mereka
adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (orang-orang) pada
yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan dirahmati oleh Allah,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
a. Wal mu’minūna (kaum Mukminin), yakni kaum lelaki yang
membenarkan.
b. Wal mu’minātu (dan Mukminat), yakni kaum perempuan yang
membenarkan.
c. Ba‘dluhum auliyā-u ba‘dl (sebagian mereka adalah penolong
bagi sebagian yang lain), yakni berada dalam satu agama, baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
d. Ya’murūna bil ma‘rūfi (mereka menyuruh [orang-orang] pada
yang makruf), yakni kepada tauhid dan meneladani Nabi Muhammad saw.
e. Wa yanhauna ‘anil mungkari (mencegah dari yang mungkar),
yakni dari kekafiran, kemusyrikan, dan tak meneladani Nabi Muhammad saw.
f. Wa yuqīmūnash shalāta (mendirikan shalat), yakni
menyempurnakan shalat lima waktu.
g. Wa yu’tūnaz zakāta (menunaikan zakat), yakni mengeluarkan
zakat harta mereka.
h. Wa yuthī’ūnallāha wa rasūlah (serta taat kepada Allah dan
Rasul-Nya), baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
i. Ulā-ika sa yarhamuhumullāh (mereka itu akan dirahmati oleh
Allah), yakni Allah tidak akan mengazab mereka.
j. Innallāha ‘azīzun (sesungguhnya Allah Maha Perkasa) dalam
kerajaan dan Kekuasaan-Nya.
Ayat ini menerangkan bahwa orang mukmin,
pria maupun wanita saling menjadi pembela di antara mereka. Selaku mukmin ia
membela mukmin lainnya karena hubungan agama. Wanita pun selaku mukminah turut
membela saudara-saudaranya dari kalangan laki-laki mukmin karena hubungan
seagama sesuai dengan fitrah kewanitaannya.
Akhir ayat ini menegaskan bahwa Allah pasti
akan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki
sesuai dengan amalan-amalan yang telah dikerjakannya.
Istri-istri rasulullah dan istri-istri para
sahabat turut ke medan perang bersama-sama tentara Islam untuk menyediakan air
minum dan menyiapkan makanan karena orang-orang mukmin itu sesama mereka
terikat oleh tali keimanan yang membangkitkan rasa persaudaraan, kesatuan,
saling mengasihi dan saling tolong-menolong. Kesemuanya itu didorong oleh
semangat setia kawan yang menjadikan mereka sebagai satu tubuh atau satu
bangunan yang saling menguatkan dalam menegakkan keadilan dan meninggikan
kalimah Allah. Sifat mukmin yang seperti itu banyak dinyatakan oleh hadis-hadis
Nabi Muhammad antara lain, seperti sabdanya:
مثل المؤمنين في توادهم
وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد اذا اشتكي منه عضو تداعي له سائر الجسد بالحمى والسهر
(رواه البخاري ومسلم عن النعمان بن بشير)
Artinya:
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi,
saling menyantuni dan saling membantu seperti satu jasad, apabila salah satu
anggota menderita, seluruh anggota jasad itu merasakan demam dan tidak tidur. (riwayat
Al Buchori dan Muslim dari Nu’man bin Basyir).
Sifat-sifat yang dimiliki orang mukmin
antara lain:
a. Orang mukmin selalu mengajak berbuat baik dan melarang
perbuatan mungkar.
b. Orang mukmin mengerjakan sholat dengan khusyu’ dengan hati
yang ikhlas.
c. Orang mukmin selain mengeluarkan zakat, tangan mereka
selalu terbuka untuk menciptakan kesejahteraan umat dan memberikan sumbangan
sosial.
d. Orang mukmin selalu taat kepada Allah dengan cara
meninggalkan perbuatan perbuatan maksiat dan mengerjakan segala perintah
menurut kesanggupan mereka.[4]
1. Manusia dalam kehidupannya tidaklah
bergantung pada diri sendiri. Setiap tindakan yang akan dilakukan seorang
manusia pasti berhubungan dan membutuhkan orang lain. Manusia selain disebut
sebagai makhluk individu, juga disebut sebagai makhluk sosial. Adapun
tafsir tentang manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
terdapat dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71.
2. Reproduksi manusia adalah proses perkembangbiakan manusia
dalam upaya untuk mempertahankan populasinya.Adapun tafsir tentang produksi dan reproduksi
manusia terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 12-14.
3. Allah SWT menciptakan Nabi Adam as dari tanah. Adam
merupakan permulaan adanya manusia di muka bumi. Ia diciptakan tanpa
adanya ayah dan juga ibu. Tafsir tentang penciptaan awal manusia terdapat dalam
Al-Qur’an surat As-Sajadah ayat 7-9.
4. Setiap sesuatu yang berasal dari Allah SWT selalu memiliki
hikmah yang tersembunyi. Sama halnya dengan penciptaan manusia yang juga
memiliki hikmah tersendiri. Manusia diciptakan Allah SWT untuk menjadi khalifah
di muka bumi. Adapun tafsir tentang
hikmah diciptakannya manusia terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30.
0 komentar